Wanita terlahir spesial. Setiap bulan selalu didatangi tamu istimewa. Ya siapa lagi kalau bukan menstruasi, ya kan girls?.
Saat menstruasi inilah para wanita tidak bisa jauh dari pembalut. Pembalut merupakan penyelamat ketika lagi deras-derasnya darah menstruasi yang mengalir dan bisa lebih percaya diri tanpa takut bocor.
Namun pembalut yang kamu pakai sekarang tidak muncul begitu saja, wanita zaman dulu sangat sulit menemukan pembalut bahkan banyak dinamika masalah yang harus dilewati setiap datang bulan. Sepatutnya kita perlu bersyukur karena berkat permasalahan wanita dari zaman ke zaman bisa mendorong terciptanya pembalut yang solutif saat ini, girls.
Wah bagaimana seluk beluk terciptanya pembalut? Yuks simak di bawah ini ya girls.
Pembalut dari bahan alami
Wanita di masa Yunani Kuno menggunakan kain setiap kali datang bulan. Hal itu ditenggarai adanya kisah Hypatia sebagai ahli matematika Yunani yang sengaja melempar kain yang berisi darah haidnya supaya tidak dikejar-kejar fansnya. Setiap menggunakan kain, wanita Yunani selalu sibuk mencuci kain haidnya supaya bisa digunakan lagi.
Di belahan negara lain seperti Mesir kuno, para wanita memanfaatkan tumbuhan papyrus yang di gulung untuk dijadikan tampon. Di Jepang, para wanita memanfaatkan kertas berserat kayu yang bisa menyerap darah. Sedangkan di suku Indian memanfaatkan lumut dan kulit kerbau untuk dijadikan pelindung haid.
Celemek sanitasi
Pembalut jaman kuno masih belum menjawab kebutuhan para wanita. Hal itu lah yang mendorong lahirnya ide pembalut berupa celemek sanitasi atau sanitary apron.
Sanitary apron diciptakan untuk mencegah bocor. Bentuknya seperti celemek memasak, tapi ada lapisan karet di bawah pantat yang bertujuan untuk mencegah kebocoran ketika sedang duduk. Dalam penggunaanya berbeda dengan celemek dapur, karena di bagian yang di depan digunakan untuk di belakang.
Namun celemek ini memiliki kelemahan yaitu nggak nyaman, berat dan rentan berbau tidak enak.
Lister’s towel
Pada tahun 1896 lahir Lister’s towel yang merupakan kain berdaya serap tinggi yang ditunjukkan untuk wanita ketika nifas pasca persalinan. Tapi setelah di piki-pikir lagi, masyarakat saat itu sadar bahwa kain itu bisa digunakan saat menstruasi.
Namun saat itu tak ada pembelinya karena masyarakat menganggap tabu menstruasi. Jadi ketika ada wanita yang membeli produk seputar haid akan merasakan malu luar biasa karena dinilai masyarakat sebagai hal yang memalukan.
Sabuk menstruasi
Saat perang Dunia 1 mulailah tercetus ide pembalut sekali pakai. Ide itu terinspirasi dari pengalaman para perawat di Perancis yang sedang menghadapi prajurit yang terluka. Para perawat membuat pembalut luka dari selulosa yaitu serat dari campuran katun dan akrilik yang memiliki daya serap tinggi dan harganya murah untuk sekali pemakaian. Digunakannya serat selulosa bukannya dari kapas soalnya saat itu masih terbatas stok kapasnya.
Setelah perang selesai di tahun 1918, para prajurit tidak lagi butuh pembalut itu. Melihat realitas itulah yang mendorong para perawat memanfaatkan pembalut untuk kebutuhan haidnya.
Berawal dari realitas itu pada tahun 1921 mulai muncul produk pembalut seperti Kotex yang terinspirasi menciptakan pembalut sekali pakai untuk kebutuhan haid wanita. Pembalut saat itu berbahan dari kapas katun yang dilapisi kain dengan daya serap kuat. Lalu kain bagian ujung dan belakang dikaitkan sabuk yang dipakai seperti celana dalam dengan peniti. Pembalut itu di kenal sebagai sabuk menstruasi atau sanitary belt.
Meskipun pembalut sekali pakai sudah ada di pasaran, para wanita di jaman itu masih pakai pembalut kain di cuci berulang kali karena mahalnya harga pembalut dan masih malu untuk membeli karena tabunya menstruasi di area publik.
Melihat masalah itu, Kotex mempunyai strategi pemasaran di setiap toko. Kotex menyarankan setiap pemilik toko menyediakan kotak uang di sebelah pembalut sehingga wanita tidak perlu membayar di kasir dan tidak akan ketahuan orang bahwa dia lagi haid. Jadi bisa mengurangi rasa malu para wanita saat itu.
Tampax
Sekitar tahun 1933 muncul Tampax. Tampax adalah jenis tampon yang menggunakan serat katun dan kapas. Penemu Tampax ialah pebisnis wanita bernama Gertrude Tendrich.
Saat itu Tampax hanya diperuntukkan kepada wanita yang menikah karena masyarakat saat itu beranggapan bahwa tampon dapat menganggu keperawanan.
Pembalut dengan strip perekat
Penggunaan sabuk menstruasi ternyata kurang efektif soalnya mudah geser-geser ketika digunakan dan tampon juga masih dianggap tabu. Hal itu yang mendorong perusahaan pembalut memproduksi pembalut tanpa sabuk namun menggunakan adhesive strip atau strip perekat kuat yang bisa menempel di celana dalam, jadi tidak akan geser-geser ketika dipakai.
Dengan hadirnya desain yang solutif itu dalam mengatasi haid wanita yang membuat pembalut itu mulai popular dan jadi favorit para wanita setiap datang bulan di zaman itu bahkan sampai saat ini. Lalu sabuk menstruasi menghilang dari pasaran di tahun 1980an.
Pembalut dengan beraneka model
Ditemukannya pembalut dengan strip perekat telah membawa perubahan yang signifikan pada kehidupan wanita sekaligus juga mendorong perusahaan pembalut berlomba-lomba berinovasi dengan memodifikasi berbagai model sesuai kebutuhan wanita seperti wings, maxi pads, ultra-thin pads yang super tipis, daya serap tinggi, cepat kering dan nyaman.
Wah sangat bersyukur ya girls hidup di zaman serba canggih ini dan terbuka, jadi tidak perlu malu lagi membeli pembalut bahkan bisa menggunakan pembalut tanpa ribet, praktis, tidak tembus dan pokoknya nyaman banget untuk mendukung hari-hari kamu lebih bermakna.
Jika kamu lagi butuh pembalut sekali pakai yang aman dan nyaman, Missy siap membantumu dengan menyediakan pembalut wanita yang bisa bikin hari-harimu Feel Free No Worry.